Wall Street Mulai Pulih, Tapi Gejolak Tarif Masih Jadi Beban Pasar

Faqih Ahmd

Foto: AP/Courtney Crow

Pasar saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam perdagangan hari Senin (7/4/2025) waktu setempat, meski pergerakan indeks masih bervariasi. Kondisi ini sedikit membaik dibandingkan Kamis dan Jumat pekan lalu ketika ketiga indeks utama Wall Street anjlok secara bersamaan.

Perdagangan berlangsung sangat fluktuatif karena para pelaku pasar berusaha memprediksi kapan kondisi pasar akan menyentuh titik terendah, di tengah ketegangan akibat kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump. Dow Jones bahkan mencatat pergerakan poin intraday terbesar dalam sejarahnya.

Volume perdagangan mencapai rekor tertinggi dalam 18 tahun terakhir, dengan 29 miliar saham berpindah tangan—melebihi volume hari Jumat sebelumnya yang tercatat 26,77 miliar saham, dan jauh di atas rata-rata 10 hari terakhir sebesar 16,94 miliar.

Rangkuman Pergerakan Indeks:

  • Dow Jones turun 349,26 poin (0,91%) ke posisi 37.965,60. Sempat anjlok lebih dari 1.700 poin sebelum pulih sebagian.
  • S&P 500 turun 0,23% menjadi 5.062,25. Indeks ini sempat menyentuh wilayah bearish setelah anjlok 4,7%.
  • Nasdaq Composite justru naik 0,10% ke 15.603,26, didorong pembelian saham teknologi besar seperti Nvidia dan Palantir.

Spekulasi mengenai kemungkinan jeda dalam kebijakan tarif sempat mendorong Dow Jones ke zona hijau. Namun Gedung Putih kemudian membantah adanya rencana jeda 90 hari, menyebutnya sebagai “berita palsu”. Hal ini menyebabkan indeks kembali melemah.

Gejolak Tarif Masih Jadi Ancaman

S&P 500 telah kehilangan lebih dari 10% dalam tiga sesi terakhir, mencatatkan penurunan terdalam sejak pandemi Covid-19. Meski pasar merosot, Gedung Putih tetap akan memberlakukan tarif tambahan terhadap China pada 9 April mendatang.

Trump juga mengancam akan menaikkan tarif terhadap China sebesar 50% jika Beijing tidak menarik balik kenaikan tarifnya. Selain itu, semua rencana pertemuan antara kedua negara akan dibatalkan.

Miliarder Bill Ackman menyebut bahwa kebijakan ini menggerus kepercayaan dunia bisnis dan memperingatkan bahwa AS bisa menuju “musim dingin ekonomi buatan sendiri.”

Tekanan Besar ke Saham Teknologi, Apple Terpukul

Saham Apple menjadi yang paling terdampak, turun 3,7% hanya dalam satu hari. Dalam tiga hari terakhir, Apple telah kehilangan sekitar US$638 miliar dari kapitalisasi pasarnya akibat ketidakpastian tarif, menjadikannya saham megacap dengan tekanan terbesar.

Analis memperkirakan Apple mungkin harus menaikkan harga iPhone hingga US$350, atau menanggung beban biaya sendiri. Jika tidak, laba per saham perusahaan bisa turun hingga 15%.

Apple masih mengandalkan China dalam rantai pasoknya, meskipun juga memiliki pabrik di India, Vietnam, dan Thailand yang kini juga terancam tarif. Para analis memperkirakan perusahaan akan berusaha merestrukturisasi rantai pasok demi menghindari beban tarif yang lebih tinggi.

Indeks volatilitas CBOE (VIX), indikator ketakutan pasar, melonjak ke angka 60—level yang jarang terjadi dan biasanya menandai tekanan berat di pasar saham.

Penulis:

Faqih Ahmd

Related Post

Tinggalkan komentar