Perjalanan Hercules Menjadi Seorang Mualaf

Wahyu Pratama

Rosario de Marshall, yang lebih dikenal dengan nama Hercules, telah memeluk agama Islam sejak tahun 1990 dan menjadi seorang mualaf. Kini, ia menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya dan mengungkapkan bahwa dirinya semakin tekun menjalankan ibadah.

“Alhamdulillah, saat ini saya lebih giat beribadah. Saya juga aktif dalam kegiatan sosial, termasuk berbagi dan membantu pengelolaan pondok pesantren,” ujar Hercules saat berada di Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, pada Minggu (6/4).

Kehadiran Hercules dalam acara halal bihalal yang juga dihadiri Menteri Agama Nasaruddin Umar tersebut disertai dengan pemberian donasi sebesar Rp50 juta kepada pengelola pondok pesantren.

“Saya baru pulang dari ibadah umrah. Tapi ketika mendapat undangan dari Wajo, saya langsung datang ke sini (Ponpes As’adiyah). Meski banyak undangan lain, saya memilih untuk hadir di sini,” ungkapnya.

Ia datang bersama istrinya dan sejumlah sahabat, di antaranya Ustad Salahuddin Ayub, dr. Wachyudi Muchsin, serta pengurus GRIB wilayah Sulawesi Selatan.

Di hadapan para santri, Hercules membagikan kisah hidupnya yang dahulu bergelut di dunia keras jalanan hingga akhirnya mendapatkan hidayah dan memeluk Islam. Ia menyatakan bahwa sejak menjadi Muslim, hidupnya mengalami banyak perubahan, terlebih setelah memiliki dua anak.

Walaupun mengakui belum sepenuhnya memahami ajaran Islam secara mendalam, Hercules merasa hidupnya lebih terarah dan bermanfaat setelah menjadi mualaf.

Sementara itu, rekannya, dr. Wachyudi Muchsin, berharap generasi muda bisa melihat perjalanan hidup Hercules sebagai teladan bahwa siapa pun bisa berubah menjadi lebih baik. Ia menekankan bahwa masa lalu tidak harus menjadi penghalang untuk berkontribusi positif bagi masyarakat.

Ia juga menambahkan bahwa Hercules rutin mengadakan pengajian dan memberi santunan kepada anak yatim setiap hari Jumat di rumahnya di Jakarta. Selain itu, ia juga aktif sebagai pembina di sejumlah pondok pesantren di Banten dan beberapa wilayah di Pulau Jawa.

Kalau kamu ingin versi yang lebih singkat atau gaya bahasa yang berbeda, tinggal bilang aja ya!

Penulis:

Wahyu Pratama

Related Post

Tinggalkan komentar