Sarah Wynn-Williams, mantan petinggi Facebook, memberikan kesaksian di hadapan Komite Kehakiman Senat Amerika Serikat pada Rabu, 10 April 2025. Dalam kesaksiannya, ia menuduh Meta, nama baru dari Facebook, telah membocorkan informasi penting terkait keamanan nasional AS demi memperluas bisnisnya di Tiongkok.
Menurutnya, informasi yang dibocorkan tersebut berkaitan dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang sedang dilakukan oleh Amerika. Wynn-Williams, yang menjabat sebagai Direktur Kebijakan Publik Global Meta dari tahun 2011 hingga 2017, mengaku menyaksikan sendiri bagaimana eksekutif perusahaan, termasuk CEO Mark Zuckerberg, diam-diam bekerja sama dengan pemerintah Tiongkok.
“Kita sedang berada dalam kompetisi berisiko tinggi terkait AI dengan Tiongkok. Namun selama saya bekerja di Meta, para petingginya tidak jujur kepada karyawan, pemegang saham, Kongres, bahkan masyarakat AS tentang kolaborasi mereka dengan Partai Komunis Tiongkok,” ujar Wynn-Williams, dikutip dari APNews, Jumat (11/4/2025).
Ia juga mengklaim bahwa Meta sempat memberikan informasi strategis kepada pihak Tiongkok demi mengejar potensi keuntungan sebesar US$18 miliar di pasar negara tersebut. Selain itu, ia menyebut bahwa perusahaan dengan sengaja menutup akun milik Guo Wengui, seorang tokoh kontroversial asal Tiongkok yang tinggal di AS, setelah mendapat tekanan dari pemerintah Tiongkok. Alasan resmi Meta saat itu adalah pelanggaran privasi karena membagikan data pribadi.
Senator Richard Blumenthal dari Partai Demokrat menyebut bahwa Meta mencoba membungkam Wynn-Williams melalui intimidasi dan tekanan. Ia juga mengungkap bahwa Meta sempat mengabaikan peringatan tentang risiko proyek kabel data bawah laut Pacific Light Cable Network yang berpotensi menjadi celah keamanan (backdoor) bagi Tiongkok untuk mengakses data warga AS. Proyek itu akhirnya dibatalkan setelah campur tangan pihak legislatif.
Pihak Meta sendiri membantah semua tuduhan Wynn-Williams dan menyebut kesaksiannya tidak akurat serta sarat dengan informasi palsu. Mereka menegaskan bahwa hingga kini, Meta tidak menjalankan operasi bisnis di Tiongkok.
Namun, kritik terhadap Zuckerberg terus bermunculan. Wynn-Williams menggambarkan sang CEO sebagai sosok yang bersikap oportunis. “Saat saya masih bekerja di sana, ia ingin Presiden Tiongkok memberi nama anak pertamanya. Ia belajar bahasa Mandarin, menyetujui penyensoran sesuai permintaan Tiongkok. Sekarang ia tampil sebagai atlet MMA dan pendukung kebebasan berbicara. Apa lagi nanti?” ujarnya.
Kesaksian ini muncul hanya beberapa hari sebelum Meta menghadapi persidangan besar terkait antitrust, di mana Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) menuntut agar perusahaan melepaskan kendali atas Instagram dan WhatsApp.