Film Animasi “Jumbo” Tayang di Bioskop: Perpaduan Visual Spektakuler dan Cerita Menyentuh yang Lahir dari Kolaborasi 400 Kreator Lokal
Film animasi Jumbo resmi tayang di bioskop Indonesia pada 31 Maret 2025 dan langsung mencuri perhatian publik. Tidak hanya karena kualitas visualnya yang menawan, tetapi juga karena kedalaman cerita yang menyentuh dan relevan. Disutradarai oleh Ryan Adriandhy — seorang komika, aktor, sekaligus animator — film ini menjadi bukti nyata bahwa animasi lokal mampu menyuguhkan karya dengan standar internasional.
Awal Mula Proyek: Dari Sebuah Ide Kecil Menjadi Gerakan Besar
Proses kreatif Jumbo dimulai pada tahun 2019, saat penulis skenario Irfan Ramli dan Adrian Qalbi menggagas sebuah cerita tentang keberanian dan perjuangan untuk menerima diri sendiri. Cerita tersebut kemudian berkembang menjadi proyek kolaboratif besar di bawah payung Visinema Studios, dengan Ryan Adriandhy ditunjuk sebagai sutradara dan juga menjabat sebagai Head of Animation Development.
Film ini mengambil tema sensitif tentang perundungan anak dan pentingnya ekspresi diri, yang dikemas dengan pendekatan humanis dan penuh empati. Tokoh utamanya, Don, adalah seorang anak laki-laki bertubuh besar yang sering mengalami intimidasi di lingkungannya. Meski kerap diremehkan, Don menemukan kekuatan dalam dirinya untuk mengekspresikan bakatnya melalui seni pertunjukan yang diadakan di desanya — sebuah perjalanan penuh tantangan yang menggugah emosi penonton.
“Menyusun Kue Lapis”: Tantangan dan Detail Produksi
Menggambarkan proses produksi film ini, Ryan menggunakan metafora yang menarik: “Seperti menyusun kue lapis.” Hal ini mencerminkan bagaimana setiap lapisan animasi — mulai dari sketsa kasar, layout, coloring, komposisi suara, hingga rendering akhir — harus disusun satu demi satu dengan ketelitian tinggi.
Berbeda dari film live-action yang mengandalkan dunia nyata sebagai latar, film animasi harus diciptakan dari nol. Setiap detik dalam film ini terdiri dari 24 frame gambar, yang masing-masing perlu dianimasikan secara manual agar menghasilkan gerakan yang alami dan ekspresif. Total waktu produksi yang memakan lima tahun mencerminkan tingkat dedikasi luar biasa dari tim yang terlibat.
Kolaborasi Besar: Lebih dari 400 Kreator Lokal
Salah satu keunikan Jumbo adalah proses kolaboratif yang melibatkan lebih dari 400 kreator lokal dari berbagai disiplin ilmu. Para kontributor mencakup animator, penulis skenario, sutradara seni, musisi, desainer karakter, hingga sound designer — semuanya berasal dari Indonesia. Ini menjadi proyek animasi lokal terbesar dalam sejarah perfilman Indonesia sejauh ini.
Ryan dan tim melakukan riset mendalam untuk menciptakan dunia Jumbo yang otentik. Nuansa pedesaan Indonesia, kebudayaan lokal, bahasa tubuh karakter, hingga musik latar dikembangkan secara spesifik agar penonton benar-benar merasa berada di dalam dunia Don.
Deretan Pengisi Suara Ternama
Keseriusan produksi Jumbo juga terlihat dari pilihan pengisi suara. Ariel NOAH memerankan sosok ayah Don yang bijaksana namun keras, sementara Bunga Citra Lestari membawa nuansa kehangatan sebagai ibunya. Angga Yunanda memerankan Acil, sahabat Don yang cerdas dan suportif. Cinta Laura dan Ariyo Wahab turut mengisi suara karakter penting lainnya, menambah lapisan emosi yang kuat dalam setiap adegan.
Lebih dari Sekadar Film
Jumbo bukan sekadar animasi. Ini adalah sebuah pernyataan artistik dan karya kolektif yang menunjukkan bahwa industri animasi Indonesia siap bersaing secara global. Pesan tentang keberanian, penerimaan diri, dan kekuatan seni menjadi nilai utama yang menjangkau penonton dari berbagai usia.
Menurut Ryan, “Dalam animasi, kita benar-benar membangun dunia dari awal. Tidak ada aktor nyata, tidak ada lokasi fisik — semua berawal dari imajinasi dan dedikasi. Tapi justru di situlah keajaibannya.”
Penutup: Tonggak Baru untuk Animasi Indonesia
Kehadiran Jumbo menjadi tonggak penting bagi perfilman animasi tanah air. Ia menunjukkan bahwa dengan visibilitas, kolaborasi lintas bidang, dan ketekunan, karya lokal mampu menyamai — bahkan melampaui — ekspektasi penonton global. Film ini tidak hanya berhasil menyentuh hati, tapi juga menginspirasi generasi kreator muda untuk terus bermimpi dan berkarya.