Lawan Tarif Trump, China Titahkan Maskapai Stop Terima Pesawat Boeing

Faqih Ahmd

Foto: Pengunjung melihat model pesawat Boeing di Aviation Expo China 2015, di Beijing, Cina, 16 September 2015. REUTERS/Jason Lee/File Photo

Dalam perkembangan terbaru dari ketegangan perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, pemerintah Tiongkok dikabarkan telah menginstruksikan maskapai penerbangan dalam negeri untuk menghentikan penerimaan pengiriman pesawat dari produsen asal Amerika Serikat, Boeing.

Langkah ini diambil di tengah memanasnya perseteruan tarif antara Beijing dan Washington, yang dimulai sejak Presiden Donald Trump mulai menjabat pada Januari lalu. Kedua negara terus menerapkan tarif tinggi secara bergantian terhadap berbagai produk, dengan Amerika kini menetapkan bea masuk hingga 145% untuk barang impor dari Tiongkok.

Sebagai respons, pemerintah Tiongkok memberlakukan tarif balasan sebesar 125% untuk produk-produk asal AS, sembari menyatakan bahwa peningkatan tarif lebih lanjut dianggap tidak efektif dan tidak akan membawa hasil yang diharapkan.

Menurut laporan dari Bloomberg yang dikutip AFP pada Selasa (15/4/2025), selain menghentikan pengiriman pesawat Boeing, otoritas Tiongkok juga memerintahkan maskapai lokal untuk menunda pembelian suku cadang dan peralatan penerbangan dari perusahaan-perusahaan Amerika. Sumber laporan ini berasal dari individu yang mengetahui kebijakan tersebut, meskipun belum ada konfirmasi resmi dari pihak berwenang.

Kebijakan pembatasan ini diperkirakan akan berdampak besar pada biaya operasional maskapai Tiongkok yang mengoperasikan pesawat Boeing, karena tarif impor yang tinggi akan memicu kenaikan harga, baik untuk pesanan baru maupun pengiriman yang sedang berlangsung.

Pemerintah Tiongkok saat ini dikabarkan sedang mengevaluasi opsi pemberian subsidi atau bantuan bagi maskapai dalam negeri yang menyewa pesawat dari Boeing, guna mengurangi beban akibat kenaikan biaya.

Langkah ini juga menandakan bahwa Tiongkok bersikap tegas terhadap tindakan yang mereka anggap sebagai “intimidasi” dari pihak AS. Beijing menganggap kebijakan perdagangan Washington bersifat sepihak dan tidak adil, sehingga membalas dengan menargetkan sektor strategis Amerika, termasuk industri penerbangan.

Kebijakan tarif dari Trump telah menciptakan keguncangan di pasar global dan menimbulkan ketidakpastian dalam hubungan diplomatik, termasuk dengan sekutu-sekutu AS. Meskipun Trump sempat mengumumkan penundaan kenaikan tarif tambahan pekan lalu, kebijakan tersebut belum memberikan keringanan bagi Tiongkok.

Pada Jumat sebelumnya, otoritas AS menyampaikan bahwa beberapa barang teknologi canggih seperti smartphone, chip semikonduktor, dan komputer akan dikecualikan dari tarif tambahan, dalam upaya untuk melindungi industri teknologi dalam negeri. Namun, pesawat dan komponen penerbangannya tidak termasuk dalam pengecualian tersebut.

Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Boeing maupun Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengenai kabar penghentian ini. Namun, jika kebijakan ini benar diterapkan, hal tersebut berpotensi semakin melemahkan posisi Boeing di pasar global, khususnya di kawasan Asia yang selama ini menjadi pasar pertumbuhan penting bagi perusahaan tersebut.

Penulis:

Faqih Ahmd

Related Post

Tinggalkan komentar