Israel Nomor 1, AS dan China Kalah Jauh

Faqih Ahmd

Foto: Bendera AS dan Israel. (NurPhoto via Getty Images/NurPhoto/File Foto)

Popularitas teknologi kecerdasan buatan (AI) mendorong banyak perusahaan di seluruh dunia untuk bersaing dalam merekrut tenaga kerja yang memiliki keahlian di bidang tersebut. Selain itu, perusahaan juga berusaha meningkatkan kompetensi karyawan mereka agar mampu mengikuti perkembangan era AI.

Sebanyak 66% pemimpin bisnis menyatakan tidak akan merekrut karyawan yang tidak menguasai keterampilan AI. Bahkan, 71% dari mereka lebih memilih mempekerjakan individu tanpa pengalaman kerja tetapi memiliki kemampuan AI, dibandingkan mereka yang berpengalaman namun tidak memiliki keahlian tersebut.

Temuan ini berasal dari laporan kolaborasi antara Microsoft dan LinkedIn pada 2024, yang berdasarkan survei terhadap 31.000 responden di 31 negara.

Untuk menilai sebaran talenta AI secara global, LinkedIn merilis metrik bernama ‘AI Talent Concentration’ yang diukur berdasarkan profil pengguna. Metrik ini mencakup keahlian rekayasa AI seperti machine learning dan natural language processing, serta kemampuan literasi AI seperti penggunaan ChatGPT dan GitHub Copilot.

Berdasarkan data tahun 2024, Israel menempati posisi teratas sebagai negara dengan konsentrasi talenta AI tertinggi di atas rata-rata global. Menariknya, dua negara besar dalam pengembangan AI, yakni China dan Amerika Serikat, tidak masuk dalam daftar 10 besar.

Salah satu alasan kemungkinan absennya China adalah karena pembatasan akses terhadap platform milik Amerika, termasuk LinkedIn, sehingga banyak talenta AI di sana tidak terdata.

Berikut adalah daftar 10 negara dengan konsentrasi talenta AI tertinggi versi LinkedIn, dikutip dari CNBC Make It (Jumat, 11 April 2025):

  1. Israel (1,98%)
  2. Singapura (1,64%)
  3. Luksemburg (1,44%)
  4. Estonia (1,17%)
  5. Swiss (1,16%)
  6. Finlandia (1,13%)
  7. Irlandia (1,11%)
  8. Jerman (1,09%)
  9. Belanda (1,07%)
  10. Korea Selatan (1,06%)

Peringkat enam besar pada tahun 2024 tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Irlandia naik empat posisi ke peringkat 7, sementara Korea Selatan turun tiga peringkat ke posisi 10.

Chua Pei Ying, Kepala Ekonom LinkedIn untuk kawasan Asia Pasifik, menjelaskan bahwa negara-negara dengan konsentrasi tinggi talenta AI seperti Israel, Singapura, Luksemburg, dan Estonia meskipun kecil secara geografis dan populasi, mampu menunjukkan kemajuan pesat dalam pengembangan talenta AI.

Menurutnya, hal ini dimungkinkan karena adanya ekosistem yang mendukung—baik melalui investasi perusahaan dalam pelatihan SDM maupun kebijakan pemerintah yang mendorong pembelajaran berkelanjutan.

Meskipun India tidak masuk dalam daftar 10 besar pada laporan 2024, negara tersebut menunjukkan lonjakan sebesar 252% dalam pengembangan talenta AI antara 2016 dan 2024. Ini mencerminkan strategi agresif India dalam mendorong pertumbuhan SDM di bidang AI.

India juga mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 33,4% dalam perekrutan posisi terkait AI selama 2024. Sementara itu, Singapura mencatat peningkatan sebesar 25% dan AS sebesar 24,7%.

Chua juga menambahkan bahwa budaya pembelajaran yang kuat di Singapura turut memperkuat daya saing negara tersebut dalam era AI. Data LinkedIn menunjukkan pekerja di Singapura menghabiskan 40% lebih banyak waktu untuk mempelajari keterampilan AI dibandingkan rata-rata negara lain di Asia Tenggara.

Penulis:

Faqih Ahmd

Related Post

Tinggalkan komentar