Bulog Cabang Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), telah mendistribusikan 300 ton beras stabilisasi harga dan pasokan pangan (SPHP) selama bulan Ramadhan 1446 Hijriah.
Kepala Cabang Bulog Tanjungpinang, Arief Alhadihaq, memprediksi bahwa hingga akhir Ramadhan, total penyaluran beras SPHP bisa mencapai antara 400 hingga 500 ton. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan beras SPHP di Pulau Bintan (termasuk Tanjungpinang dan Bintan).
“Beras SPHP didistribusikan melalui rumah pangan kita (RPK) dan operasi pasar murah, yang bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pihak terkait,” kata Arief.
Penyaluran beras SPHP akan berakhir pada 29 Maret 2025, setelah itu akan dihentikan sementara sesuai arahan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas). Bulog akan fokus pada penyerapan gabah dari petani untuk mendukung program swasembada pangan.
Arief juga menyampaikan bahwa stok beras SPHP di gudang Bulog Tanjungpinang saat ini tersisa sebanyak 1.100 ton, yang cukup untuk beberapa bulan ke depan, termasuk setelah Idul Fitri 1446 Hijriah.
Dia menegaskan bahwa beras SPHP yang dijual di pasaran memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan standar beras medium.
“Beras SPHP telah memenuhi standar kualitas dan kuantitas yang layak konsumsi,” ujar Arief.
Arief menjelaskan bahwa beras SPHP merupakan cadangan beras pemerintah (CBP) yang disalurkan kepada masyarakat melalui Bulog untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan beras di pasar.
Beras ini diproses dengan cermat dan berasal dari varietas unggul. Saat ini, pengadaan beras SPHP di Tanjungpinang diimpor dari Thailand dan Vietnam.
Harga beras SPHP lebih terjangkau dan kualitasnya setara dengan beras medium lainnya yang ada di pasaran.
“Beras SPHP lebih berfokus pada harga yang lebih murah, bukan pada varietas tertentu,” tambahnya.
Arief juga menegaskan bahwa beras SPHP yang beredar di pasaran bukan beras oplosan, mengingat adanya isu mengenai temuan beras oplosan di Tanjungpinang beberapa waktu lalu.
“Mengenai warna beras SPHP yang tidak seputih beras lainnya, itu disebabkan oleh warna alami gabah, bukan karena adanya campuran bahan tertentu,” jelasnya.